SB19GzwIeB1Tv6FDyUKkDk8tS5RU4G7B5LRZmEqP

Bertanam Untuk Belajar Tentang Kehidupan

Dulu saya pernah mendapatkan nasehat dari kakek, tanamlah pohon agar bisa dipanen oleh anak cucu. Beliau menceritakan untuk membiayai kuliah putra pertamanya (Pak Dhe saya) cukup dengan menjual dua pohon sengon besar hingga lulus dan bisa menjadi pejabat di Departemen Tenaga Kerja RI di Jakarta. Beliau bahkan selalu menandai sebuah peristiwa penting dengan menanam pohon. Contohnya ketika Pak Lik saya membangun rumah, beliau menanam satu pohon jati tepat di saat mulai pembangunan. Beliau berkata agar jadi pengingat.

Ternyata pesan kakek mengandung nasehat yang sangat mulia. Bahwa kita perlu mempersiapkan masa depan anak cucu kita dengan sebaik-baiknya. Disamping itu kita diharuskan untuk menanam kebaikan dalam setiap kesempatan.

Aktifitas bertanam sebenarnya sangat menyenangkan. Kebetulan hari itu, saya mendapat kiriman 2 bibit pohon durian, 4 bibit mohon manggis dan 2 bibit pohon sawo. Teman saya menyampaikan kalau saya tinggal tunjukkan tempatnya saja nanti akan ditanamkan bibit-bibit itu. Saya pikir lebih baik saya tanam sendiri saja.

Setelah melakukan pengamatan singkat, saya putuskan tempat untuk menanam bibit-bibit itu. Kemudian mulailah proses penanaman. Aktifitas seperti ini ternyata sangat efektif untuk olahraga dengan derasnya keringat yang mengalir.

Jika kita cermati, aktifitas bertanam mempunyai filosofi yang luar biasa untuk kehidupan. Bahwa sebelum bertanam memerlukan pengamatan, begitupula dengan kehidupan ini. Kita harus mengetahui potensi yang akan kita kembangkan dengan berbagai cara yang bisa dilakukan. 

Selanjutnya mulailah kita mencangkul tanah yang akan ditanami pohon, kadang ada tanah yang begitu mudah kita olah, namun ada juga tanah keras berbatu yang sulit untuk ditaklukkan. Sama persis dengan perjalanan yang kita alami, kadang mendapatkan suasana yang sangat menyenangkan namun kadangkala menjumpai permasalahan yang berat. Yang terpenting dari semuanya kita tetap terus mengayunkan cangkul hingga tanah itu bisa ditempati oleh bibit pohon yang mau kita tanam.

Kemudian, bukan berarti setelah ditanam pekerjaan dianggap selesai. Tanaman itu harus dijaga, dipupuk dan diberi air. Itulah seni kehidupan. Perjuangan untuk meraih tujuan itu memerlukan proses terus-menerus yang membutuhkan komitmen diri yang kuat.

Berikutnya pohon yang kita tanam belum tentu bisa kita rasakan hasilnya. Seperti pohon jati yang ditanam oleh kakek, bahkan saya sendiri sebagai cucunya belum bisa memanfaatkan kayu dari pohon itu. Kadang usaha yang kita lakukan tidak mesti mendapatkan hasil seperti yang diharapkan atau tertunda karena prosesnya belum selesai. Namun kakek saya tetap merasa puas, beliau sangat bahagia pohon itu bisa tumbuh dengan baik. Sebab setiap tanaman kebaikan akan selalu menghasilkan kebaikan berupa kepuasan batin yang melebihi kepuasan fisik. Tentu saja karena pohon itu akan ditujukan untuk anak turunannya. Maka setiap hal yang kita lakukan haruslah diniatkan juga untuk memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Dengan demikian akan menghasilkan nilai kepuasan yang besar karena amal itu akan selalu menghasilkan nilai tambah. 

Bagaimana dengan kita ? berapa pohon kebaikan yang telah kita tanam ???.....

Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo / Founder Sekolah Tani Masyarakat / Lihat Profil
Related Posts

Related Posts

Posting Komentar